"Ini dianggap sebagai ikon Museum Sejarah Alam di Wina," kata direktur jenderal museum, Christian Koeberl mengatakan dalam sebuah pernyataan, sebagai respon terhadap penyensoran Facebook.
"Patung 4 inci dari zaman batu awal adalah representasi prasejarah paling populer dan paling terkenal di seluruh dunia," tambahnya. "Kami berpikir bahwa objek arkeologi, terutama yang ikonik, tidak boleh dilarang dari Facebook karena ketelanjangan," demikian pernyataan dari museum.
"Biarkan Venus telanjang! Sejak 29.500 tahun ia menunjukkan dirinya sebagai simbol kesuburan prasejarah tanpa pakaian apapun. Sekarang Facebook menyensor dan mengganggu masyarakat." katanya.
"Tidak ada alasan bagi Museum Sejarah Alam Wina untuk menutupi Venus of Willendorf, dan menyembunyikan ketelanjangannya, tidak di museum maupun di media sosial," kata Koeberl.
Kontroversi tersebut dimulai pada bulan Desember saat aktivis seni Italia Laura Ghianda memposting gambar patung tersebut di Facebook, dan menjadi viral.